Rabu, 02 Juni 2010

Hujan Menurut Al-Quran dan Sains

Hujan merupakan salah satu unsur cuaca dan fenomena alam yang bagi orang yang beriman dengan gelar “ulul albab” akan menjadi ayat-ayat kauniyah-Nya yang harus dikaji. Apalagi ayat-ayat qouliyah-Nya pun banyak yang membahas tentang hujan. Marilah kita mengkaji bersama bagaimana kesesuaian antara ayat-ayat Alloh tentang hujan yang diturunkan 1400 tahun yang lalu dengan ilmu pengetahuan modern.
Dalam Al-Quran surat Ath-Thoriq 11-14:
11. demi langit yang mengandung hujan[1570]
12. dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan,
13. Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil.
14. dan sekali-kali bukanlah Dia senda gurau.
[1570] Raj'i berarti kembali. hujan dinamakan Raj'i dalam ayat ini, karena hujan itu berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, kemudian turun ke bumi, kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi dan Begitulah seterusnya.
Dalam ilmu pengetahuan yang demikian biasa dikenal dengan istilah daur hidrologi atau siklus air, yang oleh Alloh telah dijelaskan tahap-tahapannya dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,
"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Ar-Ruum:48)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bagaimana Alloh mengirimkan angin yang akan membawa awan dilangit yang mengandung uap air karena proses penguapan (evaporasi) dengan bantuan panas matahari, lalu awan-awan tersebut dibawa menurut yang dikehendaki dan awan tersebut menebal dan mengumpul disebabkan suhu udara pada lapisan atmosfer yang pertama yang disebut troposfer semakin keatas suhunya semakin turun atau semakin dingin dan karenanya awan yang mengandung uap air kembali terkondensasi menjadi titik-titik air. Titik-titik air semakin menebal dan berat maka tidak mampu lagi menahan beratnya maka tertarik gaya gravitasi bumi menjadi turun hujan (presipitasi) yang dalam bahasa Al-Quran dikatakan “lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya”.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Senada dengan ayat diatas dalam ayat yang lain yaitu surat Annur: 43 menyatakan: "Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan."
Ayat diatas ada tambahan keterangan bahwa awan akan dapat berubah menjadi air ataupun es yang akan diturunkan kepada yang dikehendaki-Nya. Presipitasi yang berupa butiran es terjadi bila suhu udara sangat dingin yang terjadi terutama didaerah lintang tinggi yang beriklim sedang atau dingin atau daerah yang tinggi. Segalanya telah diatur atau didesain oleh Alloh untuk kepentingan makhluk-Nya di bumi dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berakal.
Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. (QS.Az-Zumar,39:21).
Dalam surat An-Nahl ayat 10-11 Allah SWT berfirman,
''Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu mengembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.''
dan Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya Makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan? (Q.S As-Sajdah:27)
Hujan merupakan anugerah bagi semua makhluk di alam semesta. Tetesan air yang turun dari langit menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Allohlah yang mempergilirkannya. Didalam Al-Quran surat Al-Furqon ayat 50 dinyatakan:
dan Sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); Maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).
Berkat kekuasaan-Nya, maka siklus air terus berlanjut dan setiap saat milyaran liter air berpindah dari lautan menuju atmosfer lalu kembali lagi menuju daratan. Kehidupan pun bergantung pada daur air ini. Bayangkan seandainya Alloh tidak membuat siklus air, bagaimana air akan kita dapat apakah kita harus mengambil air kelaut untuk minum, mandi dan menumbuhkan tanaman yang kita pelihara, dsb?
Harun Yahya dalam The Signs in The Heavens and the Earth for Men of Understanding membuktikan kebenaran dan kesesuaian ayat-ayat Alquran yang menjelaskan fenomena hujan dengan sains modern. ''Andai manusia mencoba mengatur daur di alam semesta, maka tak akan pernah berhasil, walaupun mengerahkan semua teknologi yang ada di bumi,'' paparnya.
Sekarang orang sudah bisa membuat hujan buatan. Hujan buatan itu sebenarnya hanya membuat awan yang telah mengandung air agar segera dapat jatuh menjadi hujan dengan cara menembaknya dengan zat-zat yang bersifat asam. Untuk keperluan yang demikian saja dibutuhkan biasa yang tidak sedikit itupun hanya bersifat hujan lokal.
Bukankah kita tanpa harus menggunakan biaya dan teknologi, makhluk hidup di bumi bisa menikmati air melalui proses penguapan yang membentuk siklus hidrologi. Menurut Harun, setiap tahunnya 45 miliar liter kubik air menguap dari lautan. Setiap tahun 3-4 miliar liter kubik air dibawa dari lautan menuju daratan untuk dapat dinikmati dan dimanfaatkan manusia.
Untuk itulah Alquran mengajak manusia untuk mensyukuri hujan sebagai karunia yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Dalam Alquran surat Al Waaqi'ah ayat 68-70 Sang Khalik berfirman,''Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, nisaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak bersyukur.''
Menurut Harun, Alquran dalam surat Az-Zukhruf ayat 11 mendefinisikan hujan sebagai air yang dikirimkan ''menurut kadar.'' Dalam ayat itu Allah berfirman, ''Dan Yang menurunkan air langit menurut kadar (yang diperlukan).'' Harun menjelaskan, firman Allah SWT itu sangat sesuai dengan hasil kajian ilmu pengetahuan modern.
Betapa tidak. Hujan turun ke bumi dengan takaran yang tepat. Takaran pertama yang berhubungan dengan hujan tentulah kecepatan turunnya. Menurut Harun, benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan, bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter, akan mengalami percepatan terus menerus dan akan jatuh ke bumi dengan kecepatan 558 km/jam.
''Akan tetapi rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam,'' papar Harun. Ia menjelaskan, air hujan jatuh kebumi dengan kecepatan yang rendah, karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang mampu meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang lebih rendah.
Harun menuturkan, ''Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tak memiliki sifat gesekan, maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap hujan turun.'' Menurut dia, ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter. Efek yang ditimbulkan satu test air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 15 cm.
''Awan hujan pun dapat ditemui pada ketinggian 10 ribu meter. Pada kasus ini, satu tetes air yang jatuh akan memiliki efek yang sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 110 cm,'' tutur Harun.
Ia menambahkan, dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi. Jumlah itu, ungkap Harun, sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. ''Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505x1.012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan takaran.''
Fenomena lain yang ada dan dinyatakan dalam Alquran adalah bahwa air hujan adalah ''tawar''. Dalam surat Al Waaqi'ah ayat 68-78, Allah SWT secara tak langsung Allah SWT telah menyatakan bahwa air hujan yang dinikmati umat manusia rasanya tawar. ''...Kalau Kami kehendaki, niscaya kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?''
Lebih tegas dalam surat Al-Mursalat ayat 27, penjelasan tentang air tawar dijelaskan secara tegas. ''...dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar.'' Selain tawar, air yang diturunkan Allah SWT pun dijamin bersih. Dalam surat Al Furqan ayat 28, Allah SWT berfirman,''... Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.''
Ayat-ayat tersebut dapat dijelaskan kebenarannya berdasarkan sains. Menurut Harun, air hujan berasal dari 97 persen penguapan air laut yang asin. Lalu mengapa ketika turun ke bumi dalam bentuk air hujan menjadi tawar? Harun menuturkan, air hujan bersifat tawar karena adanya hukum fisika yang telah ditetapkan Allah.
''Berdasarkan hukum ini, dari manapun asal penguapan air, baik dari laut yang asin, dari danau yang mengandung mineral, atau dari dalam lumpur , air yang menguap tidak pernah mengandung bahan lain,'' paparnya.
Saya sering mengungkapkan kepada murid saya “seandainya air comberan atau bahkan air kencing itu yang dipanaskan dan uapnya didinginkan maka akan menjadi air yang bersih karena kotorannya tidak akan ikut menguap tapi tertinggal diwadahnya”.
Jadi air hujan sebenarnya adalah air yang bersih sesuai apa yang dinyatakan Allah dalam surat Al Furqan ayat 28. Maka benar saja bahwa air hujan yang turun bisa digunakan untuk berwudhu, mandi atau membersihkan najis pada suatu benda. Meskipun setelah jatuh kebumi air hujan tidak semurni saat menguap karena telah bersentuhan dengan udara yang mengandung kotoran, namun hukumnya tidak berubah, sebab kerusakan pada air hujan diakibatkan oleh polusi yang bukan termasuk najis.
Hal yang perlu kita ketahui bersama adalah bahwa bumi kita adalah planet air dimana 70% tertutupi air. Dan jumlah air yang ada dibumi dalam bentuknya yang bermacam-macam baik gas, cair ataupun padat jumlahnya relative tetap. Mengapa demikian? Karena air walaupun air tersebut menguap saat terkena pemansan sinar matahari, namun air itu tidak akan terlepas keluar angkasa dikarenakan Alloh telah menetapkan sifat atmosfer pada lapisan yang pertama yang dikenal dengan lapisan troposfer salah satu sifatnya adalah semakin keatas suhunya semakin turun atau dingin. Dengan demikian maka air yang menguap akan kembali berubah menjadi air hujan.
Demikian pula ketika air hujan jatuh kebumi maka sebagian menjadi air permukaan yang akan masuk ke selokan dan sungai yang akhirnya akan ke laut, sebagian lagi akan masuk kedalam tanah karena sifatnya yang dapat masuk kecelah-celah kecil maka ia akan menjadi air tanah. Air tanah sendiri sebagian ada menjadi air tanah atas yang biasa kita lihat di sumur-sumur yang biasa diambil untuk air minum, dan keperluan lainnya. Sebagian yang lain akan terus kedalam tanah hingga sampai pada lapisan batuan yang tidak mungkin lagi ditembus oleh air (lapisan kedap air) dan menjadi air tanah dalam yang dapat juga diambil manusia dengan pengeboran air artesis. Air tanah dalam ini sebenarnya berlimpah bagaikan sungai yang ada didalam tanah, sehingga terkadang kalau ada bagian yang terbuka dan terletak dibagian lembah sebuah bukit bisa menjadi sebuah air mancur alami. Yang pada akhirnya akan menjadi air permukaan dan kembali kelaut dan melanjutkan proses siklus air sebagaimana digariskan oleh-Nya.
Air pada dasarnya adalah rahmat, namun ia juga bisa mendatangkan kemudharatan jika ia berlebihan atau tidak pada tempatnya. Oleh karena Rosululloh menuntunkan doa yang kita baca saat terjadi hujan, doanya yaitu:
“Allaahumma shayyiban naafi’an”
Ya Alloh semoga hujan ini bermanfaat (HR. Al-Bukhari)
Semoga dengan mengkaji masalah hujan akan dapat menambah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Alloh SWT. Karena sesungguhnya orang-orang yang disebut ulul albab setelah memikirkan fenomena alam, maka ia akan berdzikir “Robbana ma kholaqtaha dzabatila subhanaka” Ya Tuhan kami tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, maha suci Engkau.
Kata Kunci Guru Dalam: Google,artikel,Blogger guru,guru kata,kata guru,guru dai,kata kunci,keywords,sertifikasi guru,artikel,Blogger,guru,guru kata,kata guru,kata kunci,sismanan,mts muhammadiyah patikraja,ma muhammadiyah purwokerto,info banyumas,dai banyumas,sertifikasi guru,patikraja guyub
Flag Counter